#KoinUntukPSSI Simbol Matinya Nilai Kesejatian Sepakbola

“Maka kami dukung Bobotoh bayar denda ke PSSI dalam bentuk koin melalui gerakan #KoinUntukPSSI sebagai simbol matinya nilai kesejatian sepakbola, yakni menggembirakan kemanusiaan.”

Demikian pernyataan Ketum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak yang menyayangkan sanksi Komisi Disiplin PSSI kepada PERSIB hanya karena Bobotoh menyatakan simpatinya atas krisis kemanusiaan yang tengah terjadi di Myanmar lewat sebuah koreo.

Saat laga menjamu Semen Padang (09/09/2017) Bobotoh membuat sebuah koreo “Save Rohingya”, koreo ini dianggap Komdis PSSI sudah keluar dari ranah Sepakbola.

Merespon hal ini Bobotoh PERSIB berbondong-bondong mengumpulkan koin sebesar 50 juta rupiah yang nantinya akan melunasi denda yang dijatuhkan kepada PERSIB.

“Sepakbola sejatinya sama seperti olahraga lainnya, hadir untuk menggembirakan kemanusiaan. Ketika sepakbola dimaknai sekedar tentang permainan dan skor maka sepakbola kehilangan makna sejatinya, yakni menggembirakan kemanusiaan,”kata Ketum PP Pemuda Muhammadiyah dalam keterangannya kepada pikiran rakyat.

Kalangan orang tua, remaja, hingga anak kecil ikut dalam penggalangan dana ini, tak ketinggalan beberapa pemain PERSIB hingga para pejabat publik menyatakan dukungan mereka terhadap gerakan #KoinUntukPSSI.

“Saya pikir semua harus membatu orang yang membutuhkan bantuan. Karena hidup mereka (Rohingya) belum seenak kita. Maka saya ingin mengajak semua orang membantu. Jangan anggap ini buat PSSI saja tapi buat Rohingya,” kata pemain PERSIB, Kim Jeffrey Kurniawan.

BACA JUGA :

·         [FOTO] Koreo Bobotoh di Si Jalak Harupat 9 September 2017

·         [FOTO] Aksi Kemanusiaan Bobotoh Berlanjut #KoinUntukPSSI

Simpati terus berdatangan kepada Bobotoh, diantara mereka banyak juga yang mengecam PSSI. PSSI dinilai tidak memahami makna Sepakbola yang sebenarnya, hingga justru PSSI-lah yang berpolitik.

“PSSI seperti tidak punya hati. Harusnya tidak disanksi karena koreografi yang dilakukan oleh bobotoh itu berisikan pesan kemanusiaan bukan masalah politik. Tentunya saya kaget dan kecewa,” kata manajer PERSIB, Umuh Muchtar.

Bobotoh lantas membandingkan aksi “Pray For Paris” dan “Pray For Manchester” yang tidak mendapat sanksi dari federasi sepakbola setempat, berbeda halnya ketika aksi simpati untuk Palestina dan Rohingya yang mendapatkan sanksi.

Bagikan Kepada Bobotoh Sekarang!!!